Menu Atas

BankSyariah     BaselCommittee     PerangMataUang     Ekonomi     Kontak     About Us     Video    

Friday, February 4, 2011

GEJALA AWAL KREDIT BERMASALAH


Oleh: Drs. Sudjendro, Msi / Pemerhati Perbankan

Mutu kredit tidak dapat berantakan begitu saja tanpa memberi tanda-tanda sebelumnya. Dengan demikian, kredit bermasalah juga tidak muncul secara mendadak. Pada sebagaian besar kejadian, berbagai macam gejala penurunan mutu kredit secara bertahap telah bermunculan jauh sebelum kasus kredit bermasalah itu sendiri muncul ke atas permukaan. Para bankir yang secara cermat memonitor perkembangan mutu kredit mereka dapat mendeteksi gejala-gejala tersebut. Selanjutnya mereka dapat memutuskan tindakan apa yang harus diambil untuk menyelamatkan dana yang telah mereka kreditkan kepada debitur.

Berbagai jenis gejala bakal munculnya kredit bermasalah itu dapat digolongkan menjadi tujuh kelompok, yaitu:

(a) Penyimpangan dari ketentuan kredit,
(b) Penurunan kondisi keuangan debitur,
(c) Penyajian laporan dan bahan masukan kepada bank yang lain secara tidak benar,
(d) Menurunnya sikap kooperatif debitur,
(e) Penurunan mutu dan nilai barang jaminan yang diserahkan kepada bank,
(f) Tingginya frekuensi pergantian tenaga inti perusahaan debitur dan
(g) Timbul problem keluarga atau problem debitur yang serius.

Contoh penyimpangan dari ketentuan kredit yang serius adalah penunggakan pembayaran bunga dan/atau angsuran kredit. Penyimpangan dari ketentuan kredit biasanya berkaitan erat dengan penurunan kondisi keuangan debitur.

Gejala kredit bermasalah yang ke dua itu dapat dideteksi dengan jalan melakukan analisis daftar keuangan debitur yang tersimpan dalam arsip dokumen kredit.

Penyampaian laporan keuangan secara tidak benar merupakan gejala bahwa debitur sedang menghadapi kesulitan operasional dan/atau keuangan dan ingin menyembunyikan dari pengetahuan bank. Kemungkinan perusahaan yang salah urus atau debitur tidak jujur menyajikan laporan keuangan secara tidak benar, jauh lebih besar dari perusahaan biasa.

Menurunnya sikap kooperatif debitur akan mempersulit bank memonitor perkembangan mutu kredit. Seperti halnya penyampaian laporan keuangan secara tidak benar, sikap kurang kooperatif tadi biasanya muncul karena debitur ingin menyembunyikan informasi yang dapat merugikan hubungan baik mereka dengan bank.

Nilai dan mutu barang jaminan dapat turun apabila kondisi keuangan debitur memburuk. Dalam keadaan keuangan perusahaan kurang menguntungkan, debitur dapat menjual harta perusahaan tertentu yang dijaminkan, atau tidak mampu memperbaiki jumlah nilai atau mutu jaminan yang menurun.

Kondisi operasional dan keuangan perusahaan yang menurun dapat juga ditandai oleh frekuensi pergantian tenaga inti yang cepat. Hal ini disebabkan karena kesulitan operasional dan keuangan perusahaan menimbulkan suasana kerja yang kurang menguntungkan.

Problem pribadi debitur yang dapat menjadi sebab timbulnya kredit bermasalah adalah perceraian, kematian, pemborosan, perkawinan baru, sakit berkepanjangan dan gangguan batin.

Langkah pertama yang harus diambil bank setelah mereka mengetahui adanya gejala yang mengarah ke kredit bermasalah adalah menilai tingkat kegawatan gejala tadi.
Salah satu cara untuk menilai tingkat kegawatan gejala itu adalah melakukan verifikasi hasil analisis laporan keuangan ke dalam dan ke luar.

Di samping itu, bank perlu mengadakan reevaluasi kapasitas bayar sumber dana intern pelunasan kredit. Adapun sumber dana intern pelunasan kredit itu adalah laba sesudah pajak dan barang jaminan.

Setelah bank berhasil mengumpulkan berbagai macam data dan informasi yang bersangkutan dengan gejala yang muncul serta menganalisisnya, mereka dapat memutuskan mendiskusikan hal itu dengan debitur. Ada kemungkinan debitur bersedia membicarakannya, ada pula kemungkinan debitur tidak bersedia atau berusaha menghindari pertemuan dengan bank. Apabila debitur kooperatif dan mau bekerja sama secara jujur dan professional, ada kemungkinan bank dapat membantu mereka menunjukkan jalan keluar dari kesulitan yang sedang dihadapi.

Debitur tidak bersedia membicarakan dengan bank tentang kesulitan keuangan mereka karena mereka takut diminta segera melunasi kredit yang terhutang atau karena mereka tidak jujur dan tidak bertanggung jawab.

Tergantung dari hasil pendekatan bank kepada debitur, mereka dapat memutuskan untuk membawa problem operasional dan keuangan debitur bermasalah mereka ke bank lain yang memberikan kredit kepada debitur yang sama. Hasil pendekatan bank kepada bank yang lain dapat bermanfaat bagi ke dua belah pihak, tetapi dapat pula memperparah keadaan yang sudah kurang menguntungkan tersebut.


No comments:

Post a Comment