Sunday, November 17, 2013

Mengelola Stabilitas, Mendorong Transformasi untuk Pertumbuhan Ekonomi yang Berkesinambungan (Pertemuan Tahunan Perbankan, 14 November 2013)

Kamis, 14 November 2013, Agus D.W. Martowardojo, Gubernur Bank Indonesia, menyampaikan sambutan pada Sambutan Akhir Tahun Gubernur Bank Indonesia dan Pertemuan Tahunan Perbankan. Pertemuan yang digelar menjelang penghujung tahun 2013 ini dihadiri oleh kalangan pimpinan DPR, para menteri bidang ekonomi, seluruh pimpinan perbankan, kalangan dunia usaha, pimpinan lembaga pemerintah non kementerian dan sejumlah lembaga internasional menjadi forum yang strategis dalam perekonomian nasional.

Dalam sambutannya, Agus D.W. Martowardojo mengatakan bahwa ada tiga isu besar ekonomi global yang memberikan ketidakpastian dan tekanan kepada ekonomi Indonesia pada tahun 2013 ini. Pertama, adalah ketidakpastian mengenai kecepatan pemulihan global. Kedua, adalah ketidakpastian yang meluas seiring ketidaktegasan kebijakan di AS, dan ketiga, adalah berkaitan dengan ketidakpastian perkembangan harga komoditas. Tiga isu utama ekonomi global tersebut tidak dapat dihindari menurunkan kinerja ekonomi Indonesia. Di tengah kuatnya pertumbuhan ekonomi domestik, ketidakpastian ekonomi global mengakibatkan neraca transaksi berjalan mengalami tekanan. Menghadapi kondisi tersebut, kebijakan diarahkan untuk memastikan inflasi tetap terkendali, nilai tukar rupiah terjaga pada kondisi fundamentalnya, serta defisit neraca transaksi berjalan dapat ditekan menuju tingkat yang sehat.

Sebagai respon atas tantangan yang dihadapi, Agus D.W. Martowardojo menegaskan bahwa arah kebijakan Bank Indonesia ke depan, termasuk di periode transisi politik tahun 2014, akan konsisten menjaga stabilitas perekonomian dan sistem keuangan. Stabilitas tetap perlu dikedepankan agar struktur ekonomi menjadi lebih seimbang dan sehat, sehingga menjadi fondasi kuat bagi transformasi ekonomi ke depan. Secara keseluruhan arah kebijakan Bank Indonesia diimplementasikan melalui bauran kebijakan di bidang moneter, makroprudensial dan sistem pembayaran.

Dari sisi kebijakan moneter, BI Rate akan tetap secara konsisten diarahkan untuk mengendalikan inflasi agar sesuai targetnya. Kebijakan nilai tukar ditempuh guna mengarahkan agar bergerak sesuai dengan nilai fundamentalnya sehingga dapat berperan menjadi instrumen peredam gejolak. Operasi moneter akan melanjutkan strategi menyerap ekses likuiditas struktural secara terarah dan terukur. Bank Indonesia juga akan terus memperkuat pengembangan pasar uang rupiah maupun valas dan melanjutkan program pendalaman pasar keuangan. Disamping itu, juga akan terus meningkatkan ketahanan eksternal melalui kerjasama keuangan dengan bank sentral dan otoritas keuangan di kawasan.

Dalam upaya memperkuat ketahanan sektor eksternal, BI juga akan menempuh kebijakan makroprudensial melalui supervisory action yang diarahkan untuk memperkuat komposisi kredit kepada sektor-sektor produktif yang berorientasi ekspor dan menyediakan barang substitusi impor serta mendukung upaya peningkatan kapasitas perekonomian. Dalam kaitannya sebagai otoritas makroprudensial, kebijakan BI akan diarahkan pada pengelolaan risiko sistemik, termasuk risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar dan penguatan struktur permodalan. Dalam pengelolaan risiko likuiditas, akan disempurnakan GWM syariah dan penerapan bertahap instrumen Liquidity Coverage Ratio (LCR) mulai 1 Januari 2015. Dalam ruang lingkup penguatan stabilitas sistem keuangan, BI memandang penting upaya penguatan koordinasi makro-mikro antara Bank Indonesia dengan OJK.

Dari sisi kebijakan sistem pembayaran, Bank Indonesia akan mengembangkan industri sistem pembayaran domestik yang lebih efisien melalui penyempurnaan arsitektur sistem pembayaran dan perluasan akses layanan pembayaran. Dalam implementasinya, kebijakan sistem pembayaran akan berlandaskan tiga strategi utama, yaitu penguatan struktur industri domestik, standarisasi teknis dan mekanisme untuk meningkatkan efisiensi, dan perluasan akses layanan pembayaran. Strategi pertama dilakukan melalui pengembangan Gerbang Pembayaran Nasional. Strategi kedua akan ditempuh dengan membangun aspek standarisasi dalam industri sistem pembayaran nasional. Strategi ketiga dilakukan sebagai bagian integral dari kebijakan keuangan inklusif yang didukung program edukasi dan perlindungan konsumen.

Disamping kebijakan moneter, makroprudensial dan sistem pembayaran, Bank Indonesia juga akan memperkuat kebijakan terkait keuangan inklusif dan UMKM. Mempertimbangkan tantangan ekonomi tersebut serta arah kebijakan yang akan ditempuh Bank Indonesia dan Pemerintah, maka perekonomian tahun 2014 diperkirakan masih dalam tahap konsolidasi. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan membaik dalam kisaran 5,8-6,2%. Dari sisi harga, inflasi diprakirakan pada kisaran target 4,5±1%. Pertumbuhan kredit pada kisaran 15-17%, dengan ditopang pertumbuhan dana pihak ketiga pada kisaran yang sama.

Dalam perspektif jangka menengah 2015-2018, ekonomi global diperkirakan dapat tumbuh rata-rata sekitar 3,9%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan mencapai 6,5% di 2018, bila berbagai kebijakan transformasi perekonomian berjalan sesuai harapan. Namun, pertumbuhan ekonomi berpotensi tersendat di sekitar 6% bila proses transformasi tidak berjalan sesuai harapan.

Guna mencapai sejumlah sasaran penting tersebut, Bank Indonesia telah mencanangkan visi hingga 2024 yakni menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional. Guna mencapai visi tersebut, Bank Indonesia ingin memastikan bahwa semua potensi sumber daya yang dimiliki berfungsi secara lebih efektif melalui nilai-nilai strategis kami yang baru yaitu (1) menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas, (2) mengedepankan profesionalisme, (3) mengupayakan kesempurnaan kinerja, (4) memprioritaskan kepentingan publik, serta (5) memperkuat koordinasi dan kerjasama tim.

No comments:

Post a Comment