Ekonom mengingatkan peningkatan risiko perekonomian pada tahun depan seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pencapaian tahun ini.
Anggito Abimanyu, dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gajah Mada, memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2011 akan mencapai 6,3% lebih tinggi dari tahun ini yang kemungkinan hanya 5,9%.
Namun, untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi tersebut dibutuhkan manajemen risiko yang juga lebih tinggi dibandingkan tahun ini.
“Pertumbuhan ekonomi tahun 2011 yang diprediksi akan lebih tinggi dari tahun 2010, di angka 5,9%, akan diikuti dengan risiko yang tinggi,"ujarnya, hari ini.
Pasalnya, kata Anggito, Indonesia berada di tengah kondisi alam yang rawan bencana a.l. berada di tengah-tengah 22 gunung api aktif. Manajemen risiko pada tahun depan, ujarnya, patut memperhitungkan asuransi keselamatan masyarakat yang berada di daerah-daerah rawan bencana tersebut.
“Risiko lainnya yang juga tinggi adalah kenaikan harga beras dan bahan pokok lainnya. Kenaikan itu merupakan akibat stok beras tahun ini lebih sedikit dari tahun lalu, pemerintah juga tidak dapat melakukan impor dari Vietnam karena di sana juga mengalami kelangkaan," ungkapnya.
Fenomena tersebut, ujar Anggito, bukan hal mudah untuk diatasi, tetapi dapat dijadikan suatu tantangan dan peluang.
Dia memperkirakan laju inflasi tahun depan tidak akan kurang dari 5%, tetapi belum mengurangi minat investor masuk jika suku bunga acuan Bank Indonesia dipertahankan di level 6,5%.
Dari sisi nilai tukar, Anggito mengatakan penguatannya pada saat ini masih terbilang kompetitif bagi para pelaku ekspor. Pasalnya, hal tersebut terjadi tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di negara-negara kawasan Asia.
"Apresiasi nilai tukar rupiah di kisaran Rp8.900-Rp.9050 per dolar AS masih kompetitif bagi eksportir di tengah mata uang regional lain yang juga menguat," ujarnya.(luz)
http://www.bisnis.com/keuangan/ekonomi-makro/1id221766.html
No comments:
Post a Comment